Kategori Sony

Sony DSC T77 New!!
List price: Rp.3,921,500.00
SONY DSC-W300
List price: Rp.5,600,000.00

SONY DSC-S750
Price: Rp.1,645,000.00
SONY DSC-S730
Price: Rp.1,340,000.00
Sony DSC T300
Price: Rp.3,550,000.00
SONY DSC-T70
Price: Rp.3,365,000.00
SONY DSC-T700 New!!
Rp.4.025.000,-
List price: Rp.6,150,000.00
Sony DSC T500 New!!
Rp.4.100.000,-
List price: Rp.6,350,000.00
SONY DSC-W170
Price: Rp.3,100,000.00
Sony DSC W110
Price: Rp.1,770,000.00
SONY DSC-W90
Price: Rp.2,225,000.00

Sony DSC W120
Price: Rp.1,995,000.00
Sony DSC W130
Price: Rp.2,385,000.00
Sony DSC W150
Price: Rp.2,695,000.00
SONY DSC-T2
Price: Rp.2,750,000.00

[+/-] Baca Selengkapnya...

Kamera Digital Ricoh (HDR)

Kamera Digital Ricoh (HDR)

Hey hey hey,untuk kamu yang sudah punya dan mengenal fitur yang ada pada kamera digital merk besutan dari Samsung, Canon or Sony. Tapi ingin mencoba merk lain, ini dia produk kamera digital yang tak kalah hebat fitur spesifikasi yang dimilikinya. Produk besutan dari Ricoh ini bagus untuk kamu yang punya kantong cukup dan ingin mencoba fitur barunya. Sudah Tahu teknologi high dynamic range (HDR)? Ini biasanya yang dipakai pada game untuk mengcreate grafis-grafis yang menawan, cantik, indah & elegant. Mengcreate foto yang kualitasnya bagus dari image digital pun memungkinkan untuk dilaluinya. Akan tetapi biasanya para fotografer mengambil beberapa sudut bidikan pada exposure yang berbeda, kemudian menggunakan sebuah program editing untuk mengcombine semuanya dengan menggunakan teknoligi HDR ini. Walaupun memang sudah digunakan para fotografer selama bertahun-tahun, fitur ini belum juga tersedia di beberapa produk kamera.

Karena keadaan fitur itu belum ada, gebrakan produk besutan dari Ricoh melalui CX1-nya menyenangkan. Ya, kamera digital ini dilengkapi dengan moda bidik dynamic range double shot. Dua bidikan akan diambil secara berurutan dengan exposure yang berbeda, lalu kamera otomatis akan menggabungkannya demi menyuguhkan image kualitas terbaik dari keduanya. Moda dynamic range double shot ini memperluas kisaran dinamis kamera sampai maksimal ekivalen dengan 12EV.

Spesifikasi lain yang include dari Ricoh CX1 mencakup sensor CMOS 9 megapixel dengan lensa zoom wide angle optical 7,1x (ekivalen 28-200 mm) dan LCD VGA 3 inci 920.000-dot. Kamera disebutkan bisa merekam 120 frames per second pada resolusi VGA. Dipadukan dengan sistem pemrosesan baru Smooth Imaging Engine IV dan sensor CMOS kecepatan tinggi yang juga baru, CX1 dijanjikan memberikan kualitas image yang lebih baik dengan kisaran dinamis yang lebih luas lagi.

Fitur inovatif lainnya adalah multipattern auto white balance dan multitarget AF. Multi-pattern auto white balance mengatur white balance kamera berdasarkan sumber cahaya dari area-area terpisah dari image. Sedangkan multitarget AF dapat membidik 7 image secara urut pada jarak vokal yang sudah ditentukan sebelumnya. Setelah membidik, kita dapat memilih image dengan fokus yang diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan kita. Image-image bidikan berurut berikutnya akan direkam sebagai satu file.

Sementara di Inggris, kamera ini diperkirakan diluncurkan ke pasaran pada pertengahan Maret mendatang dengan harga kisaran lumayan ngrocek saku agak dalam juga 430 dollar AS. Dan belum diketahui informasinya apakah juga akan dipasarkan di Indonesia, mengingat merek Ricoh kurang bergaung dan sepopuler merk semisal Samsung, Canon, Sony, Fuji etc.

sumber ref : hothardware

[+/-] Baca Selengkapnya...

Perbedaan Extention File Images

Perbedaan Extention File Images

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, canggih dan tanpa terasa memberi dampak positif juga terhadap produk software untuk keperluan Desain grafis yang semakin banyak dan bersaing dengan dilengkapi plugin yang lengkap, mewah, elegant dan kualitas yang baik pula. Apabila kita senang dalam dunia gambar-menggambar, editing (desain grafis). Ada baiknya kita mengerti dan memahami terlebih dahulu extention gambar yang ada dalam dunia desain grafis, agar kita bisa lebih mengefektifkan kualitas desain kita. Karena apabila kita sudah mengetahui perbedaan dari masing-masing extention gambar yang ada itu, sedikit banyak kita akan mengukur efesiensi dan efektifitas gambar baik dari segi kualitas maupun kapasitasnya. Dan memang kita terkadang masih bingung dalam dunia Desain Grafis sering menjumpai extention seperti *.JPEG , *.JPG , *.PSD , dan lainnya. Apa dan dimana letak perbedaan extention file image tersebut, agar lebih jelas dan memahaminya silahkan membaca artikel ini:

PSD (Photoshop Document)
Format file ini merupakan format asli dokumen Adobe Photoshop. Format ini mampu menyimpan informasi layer dan alpha channel yang terdapat pada sebuah gambar, sehingga suatu saat dapat dibuka dan diedit kembali. Format ini juga mampu menyimpan gambar dalam beberapa mode warna yang disediakan Photoshop. Anda dapat menyimpan dengan format file ini jika ingin mengeditnya kembali.

BMP (Bitmap Image)
Format file ini merupakan format grafis yang fleksibel untuk platform Windows sehingga dapat dibaca oleh program grafis manapun. Format ini mampu menyimpan informasi dengan kualitas tingkat 1 bit samapi 24 bit. Kelemahan format file ini adalah tidak mampu menyimpan alpha channel serta ada kendala dalam pertukaran platform. Untuk membuat sebuah objek sebagai desktop wallpaper, simpanlah dokumen Anda dengan format file ini. Anda dapat mengkompres format file ini dengan kompresi RLE.
Format file ini mampu menyimpan gambar dalam mode warna RGB, Grayscale, Indexed Color, dan Bitmap.

EPS (Encapsuled Postcript)

Format file ini merupakan format yang sering digunakan untuk keperluan pertukaran dokumen antar program grafis. Selain itu, format file ini sering pula digunakan ketika ingin mencetak gambar. Keunggulan format file ini menggunakan bahasa postscript sehingga format file ini dikenali oleh hampir semua program persiapan cetak.
Kelemahan format file ini adalah tidak mampu menyimpan alpha channel, sehingga banyak pengguna Adobe Photoshop menggunakan format file ini ketika gambar yang dikerjakan sudah final. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, Lab, Duotone, Grayscale, Indexed Color, serta Bitmap. Selain itu format file ini juga mampu menyimpan clipping path.

JPG/JPEG (Joint Photographic Expert Group)
Format file ini mampu mengkompres objek dengan tingkat kualitas sesuai dengan pilihan yang disediakan. Format file sering dimanfaatkan untuk menyimpan gambar yang akan digunakan untuk keperluan halaman web, multimedia, dan publikasi elektronik lainnya. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale. Format file ini juga mampu menyimpan alpha channel, namun karena orientasinya ke publikasi elektronik maka format ini berukuran relatif lebih kecil dibandingkan dengan format file lainnya.

GIF (Graphic Interchange Format)
Format file ini hanya mampu menyimpan dalam 8 bit (hanya mendukung mode warna Grayscale, Bitmap dan Indexed Color). Format file ini merupakan format standar untuk publikasi elektronik dan internet. Format file mampu menyimpan animasi dua dimensi yang akan dipublikasikan pada internet, desain halaman web dan publikasi elektronik. Format file ini mampu mengkompres dengan ukuran kecil menggunakan kompresi LZW.

TIF (Tagged Image Format File)
Format file ini mampu menyimpan gambar dengan kualitas hingga 32 bit. Format file ini juga dapat digunakan untuk keperluan pertukaran antar platform (PC, Machintosh, dan Silicon Graphic). Format file ini merupakan salah satu format yang dipilih dan sangat disukai oleh para pengguna komputer grafis terutama yang berorientasi pada publikasi (cetak). Hampir semua program yang mampu membaca format file bitmap juga mampu membaca format file TIF.

PCX
Format file ini dikembangkan oleh perusahaan bernama Zoft Cooperation. Format file ini merupakan format yang fleksibel karena hampir semua program dalam PC mampu membaca gambar dengan format file ini. Format file ini mampu menyimpan informasi bit depth sebesar 1 hingga 24 bit namun tidak mampu menyimpan alpha channel. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, Grayscale, Bitmpa dan Indexed Color.

PDF (Portable Document Format)
Format file ini digunakan oleh Adobe Acrobat, dan dapat digunakan oleh grafik berbasis pixel maupun vektor. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, Indexed Color, Lab Color, Grayscale dan Bitmap. Format file ini tidak mampu menyimpan alpha channel. Format file ini sering menggunakan kompresi JPG dan ZIP, kecuali untuk mode warna Bitmap yaitu menggunakan CCIT.

PNG (Portable Network Graphic)
Format file ini berfungsi sebagai alternatif lain dari format file GIF. Format file ini digunakan untuk menampilkan objek dalam halaman web. Kelebihan dari format file ini dibandingkan dengan GIF adalah kemampuannya menyimpan file dalam bit depth hingga 24 bit serta mampu menghasilkan latar belakang (background) yang transparan dengan pinggiran yang halus. Format file ini mampu menyimpan alpha channel.

PIC (Pict)
Format file ini merupakan standar dalam aplikasi grafis dalam Macintosh dan program pengolah teks dengan kualitas menengah untuk transfer dokumen antar aplikasi. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dengan 1 alpha channel serta Indexed Color, Grayscale dan Bitmap tanpa alpha channel. Format file ini juga menyediakan pilihan bit antara 16 dan 32 bit dalam mode warna RGB.

TGA (Targa)

Format file ini didesain untuk platform yang menggunakan Targa True Vision Video Board. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dalam 32 bit serta 1 alpha channel, juga Grayscale, Indexed Color, dan RGB dalam 16 atau 24 bit tanpa alpha channel. Format file ini berguna untuk menyimpan dokumen dari hasil render dari program animasi dengan hasil output berupa sequence seperti 3D Studio Max.

IFF (Interchange File Format)
Format file ini umumnya digunakan untuk bekerja dengan Video Toaster dan proses pertukaran dokumentasi dari dan ke Comodore Amiga System. Format file ini dikenali hampir semua program grafis yang terdapat dalam PC serta mampu menyimpan gambar dengan mode warna Bitmap. Format file ini tidak mampu menyimpan alpha channel.

SCT (Scitex Continous Tone)

Format file ini digunakan untuk menyimpan dokumen dengan kualitas tinggi pada komputer Scitex. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale namun tidak mampu menyimpan alpha channel.

PXR (Pixar)
Format file ini khusus untuk pertukaran dokumen dengan Pixar Image Computer. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dan Grayscale dengan 1 alpha channel.

RAW

Format file ini merupakan format file yang fleksibel untuk pertukaran dokumen antar aplikasi dan platform. Format file ini mampu menyimpan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale dengan 1 alpha channel serta mode warna Multichannel, Lab Color dan Duotone tanpa alpha channel.

DCS (Dekstop Color Separation)
Format file ini dikembangkan oleh Quark dan merupakan format standar untuk .eps. Format ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna Multichannel dan CMYK dengan 1 alpha channel dan banyak spot channel. Format file ini mampu menyimpan clipping path dan sering digunakan untuk proses percetakan (publishing). Ketika menyimpan file dalam format ini maka yang akan tersimpan adalah 4 channel dari gambar tersebut dan 1 channel preview.

FORMAT KOMPRESI
Beberapa program terutama yang berorientasi pada publikasi elektronik dan multimedia selalu memerlukan format file yang berukuran kecil agar ketika dibuka tidak akan lambat. Untuk keperluan tersebut diperlukan kompresi.

Berikut ini format file yang berorientasi publikasi elektronik dan multimedia dengan kompresinya masing-masing.

RLE (Run Length Encoding)
Kompresi ini mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detail. Digunakan oleh Adobe Photoshop, TIFF dan sebagian besar program yang terdapat dalam Windows.

LZW (Lemple-Zif-Welf)
Sama seperti kompresi RLE, kompresi ini juga mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detail. Kompresi ini digunakan oleh TIFF, PDF, GIF, dan format yang mendukung bahasa postscript. Kompresi ini sangat baik untuk mengkompres gambar dengan area besar yang menggunakan 1 warna.

JPG (Joint Photographic Experts Group)
Format ini mengkompres file dengan menghilangkan detail. Format file ini sering digunakan oleh JPG, PDF, dan format yang menggunakan bahasa postscript. Kompresi ini sangat baik digunakan untuk gambar dengan continous tone seperti foto.

CCIT
CCIT merupakan singkatan dari bahasa Perancis yang dalam bahasa Inggris disebut International Telegraph and Telekeyed Consultive Commitee.

Kompresi ini digunakan untuk mengkompres gambar hitam putih, dan mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detailnya. Kompresi ini sering digunakan oleh PDF dan format lain yang menggunakan bahasa postscript.

CATATAN

========
• Ketika menyimpan dokumen pada format file yang tidak dapat menyimpan informasi layer, maka Anda harus mengubah gambar tersebut menjadi flaten image terlebih dulu.
• Format file yang dapat menyimpan mode warna Duotone hanyalah EPS, RAW, dan PSD. Oleh karena itu, ketika ingin menyimpan dalam format lain maka Anda harus mengubah mode warnanya terlebih dulu, menjadi RGB bila dokumen tidak ingin dicetak, karena informasi Duotone-nya akan diuraikan menjadi RGB.
• Format file yang dapat menyimpan mode warna Lab Color hanyalah PSD, RAW, TIF, PDF, dan EPS. Format file yang dapat menyimpan mode warna CMYK hanyalah PSD, RAW, EPS, TIF, JPG, PDF, dam SCT.
• Mode warna Indexed Color dapat menyimpan beberapa format file sesuai seting indexed color-nya.
• Mode warna RGB dapatdisimpan pada semua format file yang ada di Adobe Photoshop.
• Format yang direkomendasikan oleh para desainer profesional adalah
o PSD = untuk dokumen yang masih ingin diedit kembali
o EPS = untuk dokumen yang sudah final untuk persiapan cetak
o JPG = untuk cetak dengan kompresi di atas 8 bit dan untuk foto dalam web dengan kompresi di bawah 5.
o GIF = untuk ilustrasi dan animasi pada halaman web.
o TIF = untuk cetak, pertukaran dokumen antar platform serta sequence animasi

Terima Kasih
Semoga Bermanfaat
sumber ref : ilmugrafis.com

[+/-] Baca Selengkapnya...

Lebih dari 50 Juta Kamera SLR Laku

Lebih dari 50 Juta Kamera SLR Laku


Banyak diantara photografer mulai dari tingkat amatir sampai profesional menggunakan kamera besutan dari Canon itu, beragam alasanpun dari mereka mengapa menggunakan kamera dari Canon. Ada yang memang alasan Harga, Spesifikasi Fitur, Kekuatan dll. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih, canonpun meningkatkan produktivitas dan kualitasnya agar bisa meningkatkan angka penjualannya serta bisa lebih diminati konsumen dengan kualitas jepret yang lebih baik lagi tentunya.

Lima puluh tahun silam, Canon mulai menjual kamera single-lens reflex (SLR). Pada Mei 1959 itu, perusahaan Jepang ini meluncurkan Canon Flex, kamera SLR 35mm pertamanya. Tahun demi tahun mereka mengembangkan teknologinya. Hari ini, sudah lebih dari 50 juta kamera SLR Canon laku terjual. Rinciannya: lebih dari 39 juta unit untuk kamera SLR berbasis film, dan lebih dari 14 juta unit untuk kamera Digital SLR. Banyak yah?

Ingin tahu sejarah mereka bukan? Inilah rekaman sejarah kamera SLR Canon.

Setelah Canon Flex, baru tahun 1971 Canon menghadirkan inovasi barunya, dalam bentuk kamera profesional pertama, F1. Lima tahun kemudian, dirilislah model AE-1. Ini merupakan kamera SLR pertama di dunia yang memiliki CPU built-in. Satu dasawarsa berikutnya muncul T90 yang laris manis di pasar.

Lalu Maret 1987, Canon meluncurkan EOS 650, kamera SLR pertama di dunia yang dilengkapi AF (autofocus) dengan dukungan electronic control. Seri EOS inilah yang sangat memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kamera SLR yang menggunakan AF sampai detik ini. Model SLR pun dibagi dua: profesional dan entry-level. Jagoannya adalah EOS-1 yang terbit tahun 1989, dan EOS 500 yang muncul tahun 1993.

Era digital ditabuh Canon pada tahun 2000 melalui EOS D30. Moto mereka adalah cepat, mudah, dan bidikan berkualitas. Sensor CMSO dan prosesor gambar DIGIC pun dikembangkan secara konsisten. Begitu pula lensa seri EF untuk melengkapi kamera digital SLR seri EOS.

Tahun 2008, sebagai pemimpin pasar Digital SLR di dunia, Canon memperkenalkan 4 model DSLR baru, termasuk EOS450D yang menduduki posisi teratas penjualan di Jepang dan di pasar internasional lainnya. Saat ini sudah hadir Canon EOS 5D Mark II sebagai kamera Digital SLR yang mengusung teknologi full high-definition video recording yang menjadi pembicaraan hangat di dunia fotografi internasional.

WIEK
sumber : tekno.kompas.com

[+/-] Baca Selengkapnya...

How to Photograph a Sunrise

How to Photograph a Sunrise

The alarm clock buzzes. You crack an eye open and see the light blinking at you. 4:45am. After a few moments, your groggy mind remembers why you set your alarm in the first place. You groan, and after another minute, roll out of bed.
You take a quick peek out the window. Still dark out. But it won’t be for long. You quickly dress in multiple layers, pulling out a pair of fingerless gloves and beanie cap. You pack a breakfast bar and thermos full of coffee. Then you double-check your equipment list:
1. Camera [no brainer]. Check.
2. 24-70 lens [favorite for this activity]. Check.
3. Tripod and quick release [a necessity]. Check.
4. Shutter release [makes for clear pictures]. Check.
5. Cleared cards [to take as many as you can]. Check.
By 5:00am, you are on your way out the door and headed out your driveway.

You know exactly where you are headed; peak about 20 minutes from your home. After unpacking your equipment, you face the Eastern horizon. Already the golden glow of the sun is beginning to appear. The fog is swirling around the base of the rolling green hills. You smile. It’s going to be a beautiful sunrise.
You place your camera on the tripod. Pause to confirm your settings:
Shutter Speed (TV) = 20 seconds
The early morning light is soft and diffused, so you need a longer shutter speed to let in more light, otherwise your picture will be underexposed.
ISO = 100
With a long shutter speed, you don’t need your sensor to be more sensitive to the light. And with a low ISO, you have a higher dynamic range for stronger intensity of color.
White balance = Shade
Morning light is cooler in color tones. You know that you can correct this with your white balance, so you shoot on shade so the sunrise feels golden and warm.
File type = RAW
You want to go home and post-process your image to produce something really sweet. Shooting in RAW extends your editing capabilities. And since your file size is larger, you now have the ability to order a 20×24 print for your grandparents’ 50th anniversary present.
You start shooting into the sunrise, pressing the shutter every 30 seconds or so after evaluating your image. The colors begin to intensify. You like what you are getting, but soon, the sun has crested the hill on the horizon, and you stop. There\ has got to be something cooler to shoot.
You turn and look to the left, your breath catching in your throat. The sun is lighting the surrounding hills perfectly, and the fog is illuminated by the intense highlights. Quickly, you adjust your shutter speed and fire off a few shots. In just a few moments, you stare at your LCD screen. A smile spreads across your face. Got it.
Satisfied with the results of your sunrise shoot, you head back home. After a mid morning nap, you take the time to upload your pictures. Just as you hoped, that last shot fulfills all your expectations.
One week later, a package arrives at your door. Carefully, you open the wrapping. In your hands, you hold the product of your previous early morning adventure.
Loss of sleep. An early morning in the cold. A 40-minute drive.
Worth it?

sumber : digital photography school

[+/-] Baca Selengkapnya...

How to Control Aperture and Shutter Speed on an Entry Level Point and Shoot Digital Camera

How to Control Aperture and Shutter Speed on an Entry Level Point and Shoot Digital Camera

Darren, thanks for your recent articles on aperture and shutter speed, they were really interesting. My problem is that I have a point and shoot camera that doesn’t have the ability to change aperture and shutter speed manually. I would especially like to have more control of aperture and depth of field - is there any way I can do this without upgrading my camera? Submitted by Susan.

Good question Susan - it’s one I’ve had a few times of late so you’re not alone as a Point and Shoot user wanting more control over your settings.

Really you have two main options.

1. Upgrade your camera

The first of these options is probably ideal if you want real control over the settings your camera uses for aperture and shutter speed. While you can do a few things to ‘trick’ your camera (see below) you’ll be limited in the exactness in the settings it will choose.

If you’re looking to upgrade you’ve got two main choices - a DSLR or another point and shoot with more manual control (read this tutorial on making the choice between DSLR and Point and Shoot cameras).

Probably the best bet if you’re after complete control (in more than just aperture and shutter speed) is to go for a DSLR which will let you add a variety of lenses, shoot in full manual mode (in most cases) and have lots of control over other elements such as ISO, white balance, exposure etc.

Alternatively look at a more advanced point and shoot. These days even some of the more basic point and shoot cameras coming onto the market come with manual or semi-manual control. If you go for a point and shoot look for something that at least has aperture priority or shutter priority modes.

Of course this option is going to cost you financially. If you don’t have the budget for this - read on.
2. Learn to live with your point and shoot and learn how to ‘trick it’ into doing what you want.

Ultimately you’ve got a digital camera that was designed largely to be used in Auto mode where it makes the decisions about what settings to choose.

Having said this - even the most basic entry level point and shoot digital cameras these days come with a variety of shooting modes which give you the photographer the ability to tell the camera what situation you’re shooting in and what type of photo you’re hoping to take.

Understanding and using these modes gives you a little more control over settings like Aperture and Shutter Speed as each of them will trigger different settings in your camera.

You write in your question that you’d like more control over Aperture and Depth of Field. I’d encourage you to shoot in two modes - ‘Portrait’ and ‘Landscape’.

* If you’re looking for Shallow Depth of Field (ie your foreground and background blurry) shoot in Portrait mode as this will trigger your camera to choose a wider aperture.
* If you’re looking for a wider depth of field (ie everything in focus) shoot in Landscape mode where the camera selects small apertures in this mode.
* If you’re looking for a fast shutter speed choose ‘Sports’ mode as in this mode it’s assuming you want to freeze fast moving subjects.
* If you’re looking for a slow shutter speed you’ll have more of a challenge as most cameras don’t have a an automatic mode that naturally chooses this. You could try shooting in Night mode (if your camera has it) but this mode will also fire off a flash. Try covering your flash up and you might get the result you’re after.

Of course none of these modes allow you to get specific about the settings your camera chooses but they do give you a bit more control than you might think you have.
If you’re still thirsting for more control, start saving for your next digital camera!

Enjoy this tutorial?

sumber : digital photography school

[+/-] Baca Selengkapnya...

Perbedaan Optical Zoom & Digital Zoom

Perbedaan Optical Zoom & Digital Zoom

Bagi anda yang hendak berniat untuk membeli kamera digital untuk berbagai keperluan, ada baiknya untuk membaca artikel ini. Pada pembahasan artikel sekarang kita akan belajar mengenai perbedaan Optical Zoom dengan Digital Zoom. Tapi sebelum kita masuk ke penjelasan mengenai perbedaan Optical zoom dan Digital zoom, alangkah baiknya apabila kita mengetahui terlebih dahulu mengenai apa itu Zoom ?. Zoom adalah Memperbesar (Zoom Out) / Memperkecil (Zoom In) Gambar, sementara menurut kamus English-Indonesia (kapanlagi.com) adalah
zoom --> n. meningkat; menanjak.
zoom --> v. ~ in memperbesar; ~ out memperkecil.
zoom --> v. meningkat, menanjak.
Sementara kita biasanya lebih sering mendengar kata "Optical Zoom" maupun "Digital Zoom" ini melekat pada produk untuk kamera Saku / Kamera Digital maupun Kamera pada Handphone, serta kamera - kamera lainnya.

Didalam Optical Zoom dan Digital Zoom memiliki suatu karakteristik perbedaan yang cukup signifikan, mungkin bagi seseorang atau beberapa orang yang belum terlalu mengerti perbedaan ini (termasuk saya..he he he :D) akan menganggap keduanya sama dan tidak perlu dipermasalahkan, namun apabila kita yang ingin belajar untuk menjadi seorang fotografer atau seorang desainer grafis mau tidak mau harus mengetahui akan perbedaan keduanya.

Disini akan diulas sedikit penjelasan mengenai perbedaan tsb :

DIGITAL ZOOM yaitu merupakan pembesaran gambar dari image yang telah tertampil oleh lensa (optic), jadi inti dari Digital Zoom adalah memperbesar tampilan gambar yang sudah ada dan terbidik oleh optic kamera, dan akibatnya apabila jika gambar itu terus di zoom maka akan semakin pecah (buyar).

OPTICAL ZOOM yaitu merupakan pembesaran gambar melalui optic lensa yang dipakai sehingga langsung dari lensa (optic) kamera yang dipakai, sehingga walaupun beberapa kali mengalami zooming gambar tidak akan pecah (buyar).



Kita ambil contoh disini terdapat 2 kamera bertuliskan:
- Kamera pertama memiliki spesifikasi fitur 40 X digital zoom 2 X Optical Zoom
- Kamera kedua memiliki spesifikasi fitur 10 X Digital Zoom dan 10 X Optical Zoom
Mungkin untuk sebagian orang atau beberapa orang yang belum terlalu mengerti akan perbedaan spesifikasi fitur dari 2 kamera tsb. Maka akan mempunyai anggapan bahwa kamera pertama lebih baik kualitas bidik gambarnya daripada kamera kedua, namun setelah kita mengetahui dan memahami arti dan perbedaan yang ada dari Optical Zoom dan Digital Zoom ini. Maka kita tidak akan salah lagi menentukan pilihan kamera yang hendak akan kita beli. Memang Zoom yang ditawarkan kamera pertama lebih baik dan besar dari kamera kedua namun di sisi lain Kita perlu juga mengukur nilai dari Optical Zoomnya, Optical Zoom kamera Pertama masih kalah dengan kamera kedua jadi walaupun kamera pertama mempunyai Digital Zoom 40 X bisa dipastikan gambar akan pecah jika memaksimalkan zoom pada kamera pertama, sedangkan di kamera kedua Walaupun menggunakan 10 X digital Zoom maka bisa dipastikan kualitas gambar akan jauh lebih baik daripada kamera pertama jika sama-sama diadu kualitas dalam pemotretan. Keunggulan kamera kedua juga bisa memotret objek yang jaraknya lebih jauh dari kamera pertama. Jadi jangan salah menentukan pilihan.

Semoga Bermanfaat...


Sumber Ref : ilmugrafis.com

[+/-] Baca Selengkapnya...

Pentingnya Pemilihan Warna

Pentingnya Pemilihan Warna

Warna adalah salah satu elemen yang cukup penting dalam desain grafis. Dalam ilmu seni rupa, warna bisa mewakili emosi dari karya tersebut sehingga pesan dari karya tersebut bisa lebih mudah diterima oleh audience. Elemen warna dalam desain grafis juga memiliki fungsi tersebut. Contoh yang paling mudah adalah dengan menganalogikan warna terhadap hal-hal disekeliling kita. Misalnya; Awan=luas=biru muda, Matahari=cerah=kuning muda, Kayu=kuno, klasik=coklat, Api=menyala, semangat=merah.


Ketika merancang sebuah karya, kita sering kesulitan menentukan warna yang cocok dengan tema atau kesan yang diinginkan. Berikut saya sampaikan tips memilih warna, semoga bisa membantu.

1. Siapkan tema dan kesan yang diinginkan untuk desain tersebut. Apakah berkesan klasik, modern, natural, atau yang lain tergantung kebutuhan anda.

2. Cari ilustrasi atau foto yang sesuai dengan tema anda. Bisa hasil jepretan foto anda sendiri, atau free image seperti Stock Exchange misalnya.

3. Ambil beberapa sample warna dari foto/ilustrasi yang anda pilih tadi.

4. Susun desain anda menggunakan software desain yang anda miliki. Corel Draw, Photoshop, atau software sejenis.

5. Gunakan warna-warna tersebut untuk desain anda, mulai dari header, headline, background.

6. Coba beberapa alternatif untuk komposisi warnanya


Terima kasih
Semoga Bermanfaat

Sumber : ilmugrafis.com by Johan

[+/-] Baca Selengkapnya...

Tips Photografi Umum

Tips Photografi Umum

Sebelumnya saya pernah ngepostkan artikel mengenai photograpy dan kebetulan bagi netter yang sama hobinya dan lagi belajar mengenai dunia foto-memoto (photographi), editing dll seperti saya. Ini ada artikel yang berhubungan dan mudah-mudahan bermanfaat.

Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik disemua jenis yang sangat pesat dan termasuk didalamnya perkembangan kamera (kodak), apalagi banyak vendor perusahaan terkemuka yang menyajikan produk kamera digital dengan kualitas fitur yang lengkap dengan harga yang terjangkau. Termasuk untuk kalangan pemula seperti saya yang lagi senang dan belajar tentang foto-memoto.

Berikut ini adalah beberapa tuntunan yang dapat membantu Anda dalam mengembangkan keterampilan fotografi.

* Selalu Bawa Kamera

Alasan utama mengapa Anda melewatkan momen yang bagus untuk difoto adalah karena Anda tidak membawa kamera. Jadikanlah suatu kebiasaan untuk selalu membawa kamera kemanapun Anda bepergian karena Anda tidak tahu momen-momen atau pemandangan-pemandangan apa yang akan Anda temui nanti. Belilah tas atau tempat untuk kamera Anda karena hal tersebut dapat memudahkan Anda membawa kamera, selain itu juga dapat melindungi kamera Anda dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti goresan maupun benturan dengan benda lain. Tas atau tempat kamera yang memiliki busa dan memiliki lapisan luar yang cukup keras adalah pilihan yang cerdas untuk hal ini.

* Foto Lebih Banyak Lagi

Jika Anda berfikir bahwa Anda telah cukup banyak mengambil foto, tidak demikian adanya, terutama jika Anda adalah pemilik kamera dijital. Hasil foto kamera dijital disimpan dalam format dijital (berkas), jadi tidak ada kerugian bagi Anda untuk mengambil foto lebih banyak. Memang foto tersebut akan menghabiskan sejumlah space pada kartu memori Anda, namun nantinya Anda dapat dengan mudah menghapusnya jika Anda tidak puas dengan hasil foto tersebut. Mengapa Anda mengambil sebuah foto jika Anda bisa mengambil banyak foto? Tidak usah ragu, karena mungkin tempat di mana Anda mengambil foto tersebut tidak akan Anda kunjungi lagi. Foto sebebas-bebasnya, karena pemandangan/adegan sehari-hari yang membosankan dapat saja menjadi bersejarah beberapa tahun kemudian.

* Percaya pada Mata Anda

Mempelajari aturan-aturan composition adalah hal yang baik, namun aturan-aturan tersebut kadangkala tidak berlaku dan ada kalanya Anda harus mempercayai mata Anda. Ketika kita akan memfoto sebuah objek, gerakkan atau pindahkan kamera dan jelajahi pemandangan sekitarnya. Ketika Anda menemukan sudut potret yang menurut Anda bagus, fotolah dengan segera.

* Latih Mata Anda

Lihat dan perhatikan dengan seksama foto yang Anda ambil. Cobalah untuk menemukan kekurangan-kekurangan dan kritiklah hasil foto tersebut. Apakah foto tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan pada saat kita memfoto? Apakah Anda suka composition-nya? Aktivitas peninjauan kembali hasil foto oleh Anda sendiri sangat esensial dalam meningkatkan indra fotografi Anda.

Kenali Kamera Anda

Tidak perlu menghafal setiap fitur pada kamera Anda sesegera mungkin. Akan lebih mudah mengingat fitur-fitur Anda dengan perlahan-lahan mencoba fitur-fitur kamera Anda satu-persatu melalui aktivitas fotografi sehari-hari. Analoginya seperti saat kita belajar mengganti persneling saat mengendarai sepeda motor atau mobil. Jadikan kemampuan mengutak-atik fitur kamera menjadi kebiasaan Anda. Dengan demikian Anda tahu dengan baik fitur-fitur apa yang mesti dipakai pada saat memfoto suatu objek atau pemandangan.

* Selalu Bekerja pada Berkas Salinan

Hal ini berlaku untuk era baru fotografi yaitu kamera digital. Perlu Anda ingat bahwa sebelum Anda membuat foto salinan maka foto yang Anda punya adalah foto satu-satunya yang masih asli. Biasakanlah membuat salinan atas berkas foto yang akan Anda utak-atik. Beberapa perangkat pengolahan/pengorganisasi gambar digital biasanya menyertakan fitur ini.

Semoga bermanfaat :-)

sumber ref : http://richie.web.id

[+/-] Baca Selengkapnya...

Pengetahuan Tentang Ilmu Photografi

Pengetahuan Tentang Ilmu Photografi

Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar. Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis dengan cahaya.

Jenis-jenis kamera



a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.

Format film
Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.

Format film
Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.

1. APS, Advanced Photography System. Format kecil dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah dicari di Indonesia
2. Format 135. Dikenal juga dengan film 35mm. Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di sekitar kita
3. Medium format
4. Large format

Jenis Film
1. Film B/W, film negatif hitam putih
2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai
3. Film positif, biasa juga disebut slide. Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas

Jenis-jenis kamera Film
1. Pocket/compact. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format 35mm
2. Rangefinder. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film format 35mm
3. SLR, Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm. Disebut juga kamera sistem
4. TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium
5. Viewfinder. Biasanya menggunakan format medium

Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera-kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara manual.

b ) Kamera digital

Menggunakan sensor digital sebagai pengganti film
1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki mode manual.
2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto
3. DSLR. Digital SLR

Lensa Kamera



mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2 properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.

Field of View (FOV)
tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/sensor yang digunakan.

Field of View Crop
sering disebut secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV crop factor 1.5x)

Jenis-jenis Lensa
a. berdasarkan prime-vario
1. Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom pada harga yang sama
2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur
b. berdasarkan panjang focal
1. Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan dan gedung
2. Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah
3. Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak jauh
c. berdasarkan aperture maksimumnya
1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar
2. Lambat, memiliki aperture maksimum sempit
d. lensa-lensa khusus
1. Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat
2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan

Ketentuan lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film 35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi menjadi lensa tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50 mm setara dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm

Peralatan bantu lain
- Tripod , diperlukan untuk pemotretan dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan lambat, menghindari goyangan kamera jika dipegang dengan tangan (handheld). Secara umum kecepatan minimal handhel adalah 1/focal.
Membawa tripod saat hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting biasanya tripod yang dibawa adalah tripod yang ringan dan kecil.
- Monopod , mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.
- Flash/blitz/lampu kilat , untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap
- Filter , untuk menyaring cahaya yang masuk. Ada banyak jenisnya :
UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering digunakan untuk melindungi lensa dari debu.
PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit

Exposure



Jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.
- Aperture/diafragma . Makin besar aperture makin banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya (f number), aperture makin kecil aperturenya
- Shutter speed/kecepatan rana . Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk
- ISO , menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO 100 memerlukan jumlah cahaya 2 kali film ISO 200
Contoh: kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100 setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.

Exposure meter , pengukur cahaya. Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia pengukur cahaya eksternal

Exposure metering ( sering disingkat dengan metering )
adalah metode pengukuran cahaya
1. Average metering , mengukur cahaya rata-rata seluruh frame
2. Center-weighted average metering , mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah
3. Matrix/Evaluative metering , Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu
4. Spot metering , mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja

Exposure compensation, 18% grey . Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.

Under exposured = foto terlalu gelap karena kurang exposure
Over exposured = foto terlalu terang karena kelebihan exposure

Istilah stop
Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali.
Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali.
Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali.
Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.

Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2.
Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/ akar2).

Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1.
Beda speed tiap stop adalah 2 kali

DOF , Depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.
Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.
1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit
2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit
3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit

Pemilihan DOF
- Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.
- Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.

Shooting mode
Mode auto , mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret
1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter
2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF
3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil
4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus
5. Fast shuter speed
6. Slow shutter speed

Creative zone
1. P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO, metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash on/off, dan continues shooting.
2. Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat
3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed
4. M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual

Komposisi dan Angle
Komposisi adalah penempatan obyek dalam frame foto
Angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar
Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.

Semoga Bermanfaat

Sumber : http://www.ilmugrafis.com

[+/-] Baca Selengkapnya...